“Kenapa kau menangis? Kau cemburu?”Aisha mengangguk. Aku memeluknya, “Maafkan aku Aisha, semestinya kau tidak menikah denganku sehingga kau menderita seperti ini.”“Kau jangan berkata begitu Fahri. Menikah denganmu adalah kebahagianku yang tiada duanya. Kau tidak bersalah apa-apa Fahri. Tak ada yang salah denganmu. Kau sudah berusaha melakukan hal yang menurutmu baik. Rasa cemburu itu wajar. Meskipun aku yang memaksamu menikahi Maria. Tapi rasa cemburuku ketika kau berada dalam kamar dengannya itu datang begitu saja. Inilah cinta. Tanpa rasa cemburu cinta tiada.”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment